Kembalinya Raja Kento Momota: Perjuangan Melawan Cedera dan Tekanan Mental Pasca Tragedi

Kisah perjalanan karier Kento Momota, mantan raja tunggal putra bulu tangkis dunia dari Jepang, adalah epik yang melampaui statistik. Dikenal dengan defense solid dan kontrol lapangan yang superior, Momota sempat mencapai puncak dominasi dengan meraih 11 gelar BWF World Tour dalam satu tahun, rekor yang belum tertandingi. Namun, dominasi itu terhenti mendadak oleh sebuah tragedi. Setelah menjuarai Malaysia Masters pada Minggu, 12 Januari 2020, Momota mengalami kecelakaan mobil serius saat menuju bandara, sebuah insiden yang mengubah segalanya. Sejak saat itu, sorotan publik berfokus pada Perjuangan Melawan Cedera fisik dan tekanan mental yang ia hadapi dalam upaya kembali ke level performa terbaiknya.

Kecelakaan tersebut meninggalkan Momota dengan patah tulang hidung dan, yang lebih parah, cedera mata yang sempat mengganggu pandangan gandanya (double vision). Cedera ini merupakan Perjuangan Melawan Cedera terberat yang pernah dialaminya. Setelah menjalani operasi di Tokyo, proses pemulihan fisiknya memakan waktu berbulan-bulan. Namun, comeback sejati tidak hanya memerlukan penyembuhan fisik; ia juga harus menaklukkan keraguan diri dan trauma psikologis pasca-kecelakaan. Ia sempat mengakui kesulitan dalam menilai jarak dan kecepatan kok secara akurat, elemen krusial bagi seorang pemain bulu tangkis elite.

Untuk kembali ke arena kompetisi, Momota menjalani program rehabilitasi yang ketat di bawah pengawasan Asosiasi Bulu Tangkis Jepang (Nippon Badminton Association). Program ini tidak hanya mencakup latihan kekuatan fisik dan kelincahan lapangan, tetapi juga sesi intensif dengan psikolog olahraga. Pelatih Kepala Tim Jepang, Park Joo-bong, dalam konferensi pers pada Maret 2021, mengungkapkan bahwa fokus utama tim adalah membangun kembali kepercayaan diri Momota di lapangan, menghilangkan rasa takut akan gerakan mendadak, dan mengembalikan feel permainan.

Momen emosional comeback pertamanya di turnamen internasional terjadi di All Japan Championships pada Desember 2020, di mana ia berhasil meraih gelar juara. Kemenangan ini membuktikan bahwa meskipun fisiknya sempat terganggu, fighting spirit sang raja tidak pernah padam. Namun, Perjuangan Melawan Cedera dan tekanan mental terus berlanjut di panggung dunia yang lebih kompetitif. Meskipun ia sempat memenangkan beberapa turnamen kecil, ia kerap kesulitan mengalahkan rival-rival utama seperti Viktor Axelsen dan Lee Zii Jia di babak-babak penting. Penampilannya di Olimpiade Tokyo 2020 (yang digelar pada Juli 2021) berakhir pahit, tersingkir di babak penyisihan grup, sebuah hasil yang menunjukkan betapa sulitnya kembali ke puncak setelah trauma fisik dan mental sebesar itu. Meskipun tantangan terus ada, kisah Momota adalah pengingat kuat tentang ketahanan atlet elite dan dedikasi yang diperlukan untuk kembali bersaing di level tertinggi.